Belakangan mulai banyak pertanyaan datang pada saya:
"Pak, adakah cara cepat supaya paper kita bisa cepat diterima di jurnal internasional?"
Cukup terkejut juga saya ditanya seperti itu. Dan saya mulai bertanya-tanya juga, apakah langkah-langkah paper submission yang saya lakukan selama ini adalah cara konvensional dan terlalu lama.
Mari kita lihat bagaimana perjalanan sebuah manuscript (bakal paper) sampai menjadi published paper.
1. Sebuah manuscript begitu di-submit ke sebuah jurnal, maka manuscript tersebut akan dikelola dulu oleh helpdesk / administrator. Administrator akan memeriksa apakah manuscript tersebut sudah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh board of editors, misalnya: scope sudah benar/belum, format sudah sesuai/belum, dan sebagainya. Proses ini paling cepat (dalam pengalaman saya) 1 minggu.
2. Kemudian jika sudah masuk screening di helpdesk, manuscript ini akan di-assign oleh Editor-In-Chief (EIC) ke Associate Editor (AE) untuk dicarikan reviewer-reviewer yang pas dengan topik manuscript. Ini tidak lama. Tidak sampai 1 minggu.
3. AE akan menyebarkan invitation (undangan) kepada beberapa calon reviewer (biasanya tidak kurang dari 3). Kita harus menunggu para calon reviewer ini untuk menjawab apakah setuju me-review manuscript atau tidak. Tidak ada informasi yang jelas berapa lama proses ini berjalan, perkiraan saya 1 minggu.
4. Proses reviewnya sendiri berjalan, normalnya 1-3 bulan. Anggap saja paling cepat 1 bulan. Biasanya keputusannya (jika beruntung) adalah "Major Revision". Hampir tidak mungkin langsung "Accepted". Jadi saya tidak perhitungkan keputusan "Accepted". Mari kita anggap keputusannya adalah yang paling melegakan: "Minor Revision".
5. Proses perbaikan/revisi. Biasanya penulis/author diberi batas waktu revisi dari jurnal antara 1-3 bulan. Nah, bagi penulis yang agak-agak tidak sabaran, biasanya akan diusahakan merevisi dalam waktu 1 minggu. TETAPI, jika author merevisi dalam waktu 1 minggu biasanya yang terjadi adalah hasil revisinya asal-asalan. Bisa jadi, satu bulan adalah waktu yang paling cepat untuk bisa merevisi dengan benar.
6. Setelah revisi, author men-submit lagi manuscriptnya ke jurnal. Di sini manuscript langsung dikirim ke reviewernya (reviewer yang sama). Prosesnya paling cepat 1 bulan.
7. Anggap saja setelah di-review, hasilnya adalah Accepted. Selamat! Tetapi prosesnya belum selesai. Anda akan melakukan beberapa proses finishing, seperti misalnya: galley proof , pengisian Copyright Form. Pengalaman saya, semua proses administratif ini berjalan paling cepat 2 minggu.
8. Lalu setelah semua proses administrasi beres, Anda belum bisa berkata bahwa manuscript Anda sudah menjadi published paper. Paper Anda harus mendapatkan kode DOI (Digital Object Identifier). Prosesnya paling cepat 2 minggu.
9. Kalau Anda berniat mengajukan paper ini untuk kenaikan jabatan fungsional dan persyaratan yang dibutuhkan adalah copy-an paper Anda dari jurnal aslinya, mohon maaf, hal itu belum dapat dilakukan sekarang, karena paper Anda, meskipun sudah mendapat DOI, belum masuk ke sebuah edisi jurnal. Paper Anda belum ditentukan masuk ke terbitan volume berapa, nomor berapa, berada di halaman berapa. Jadi sabar ya.... Proses ini paling unpredictable. Ada yang di-publish cepat (dalam hitungan bulan setelah muncul DOI-nya), ada yang sampai 2 tahun :)
Jadi, manuscript Anda akan sampai pada langkah 8 paling cepat membutuhkan waktu 18 minggu (4,5 bulan). Mungkin bisa lebih cepat sedikit, tapi seringnya lebih lama.
Tetapi adakah cara cepat untuk "mengakali" supaya paper Anda bisa publish lebih cepat dari itu? Misalnya 3 bulan? Mungkin bisa, kalau Anda kenal dengan EIC-nya. Bisa saja EIC membuat hasil review fiktif. Tetapi resikonya adalah: begitu paper Anda sudah publish, pembacanya (yang tentu saja bukan ABG bau kencur) akan mendeteksi paper Anda bermutu atau tidak. Jika dirasa tidak bermutu, jurnalnya yang akan kena imbasnya. Dan EIC tidak akan ambil resiko besar untuk berkongkalikong seperti itu.
Kesimpulannya: Tidak ada cara cepat. Ikuti saja prosedurnya..... :)
Tutorial Menulis di Jurnal Internasional
Friday, September 30, 2016
Saturday, July 4, 2015
Topik Fundamental atau Topik "Sampah" ?
Disclaimer: Tulisan ini saya buat spesifik untuk bidang-bidang engineering. Namun tidak menutup kemungkinan relevan dengan bidang-bidang lainnya.
Apa itu topik fundamental?
Topik fundamental adalah topik yang membahas hal-hal / teknik-teknik yang sangat berguna untuk memecahkan sebuah masalah. Sebagai gambaran untuk mempermudah pemahaman: Hukum Kirchoff Arus dan Hukum Kirchoff Tegangan adalah topik yang sangat fundamental dalam analisis rangkaian listrik.Semua permasalahan dalam rangkaian listrik pasti menggunakan kedua hukum tersebut. Dalam bidang robotika, konsep "Potential Field" untuk menghasilkan path yang dikembangkan oleh Rimon dan Koditschek adalah salah satu topik fundamental, karena memberi jaminan bahwa robot akan selalu tiba di tujuan, di mana pun titik awal robot tersebut.
Apa itu topik "sampah"? Sebenarnya tidak sesampah itu, namun ini istilah saya untuk menggambarkan topik-topik turunan dari topik-topik fundamental. Biasanya bersifat lebih teknis dan hanya berlaku untuk kasus-kasus yang sangat spesifik. Akan tetapi sebuah topik "sampah" kadangkala bisa menjadi topik fundamental, yaitu ketika dia repeatable, dapat diulang lagi oleh orang lain, dan terbukti validitasnya melalui eksperimen. Namun banyak sekali topik "sampah" yang benar-benar sampah di jagad perjurnal-ilmiahan, yang hanya mengubah sedikit dari teknik yang sudah ada, terlihat valid, padahal jika diulang oleh orang lain, tidak terbukti "manjur".
Ketika kita melakukan studi literatur untuk paper kita, hal pertama yang harus dapat diidentifikasi adalah: mana paper yang mengandung uraian fundamental? Paper-paper seperti ini biasanya paper lama dengan jumlah citation yang tinggi, sampai ratusan, bahkan ribuan. Berangkat dari sebuah paper fundamental akan merupakan langkah yang sangat penting, karena Anda dapat mengidentifikasi turunan paper fundamental ini arahnya ke mana saja. Dari sini Anda dapat menyusun sebuah mind map atau membuat tabel identifikasi sebaran topik yang sudah dibahas orang lain.
Dan jangan membuang waktu Anda untuk membaca paper-paper "sampah" yang benar-benar sampah!
Monday, June 8, 2015
Batasan Masalah Bisa Jadi Masalah
Dalam menulis sebuah paper, satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah mendefinisikan scope / ruang lingkup / batasan masalah Anda. Singkatnya, semakin spesifik masalah Anda, maka kemungkinan terjadi bias pembahasan semakin kecil.
Misalnya, dalam ilmu sosial, Anda ingin membahas tentang pengaruh maraknya hotel di Yogyakarta terhadap perilaku masyarakatnya. Jika ruang lingkup Anda seperti ini, saya yakin, mestinya yang Anda buat bukanlah paper, tetapi BUKU. Terlalu luas ruang lingkupnya. Jika Anda membatasi masalah hanya di hotel area tertentu, masyarakat yang disurvey adalah yang tinggal dalam radius 1 km dari sebuah hotel, kategori masyarakat usia kerja, dan batasan-batasan lainnya, Anda memiliki banyak keuntungan: pembahasan lebih fokus, solusi lebih fokus, terhindar dari perdebatan yang tidak perlu karena bias interpretasi. Bahkan, dalam publikasi jurnal, Anda terhindar dari banyak pertanyaan reviewer yang seakan-akan diberi kesempatan untuk "membantai" Anda dari banyak sisi.
Semakin spesifik batasan masalah, semakin bagus. Ini disebabkan oleh kepercayaan komunitas sains bahwa:
1) "solusi itu ditentukan oleh batasan masalahnya seperti apa".
2) Mirip dengan nomor 1) adalah: "Batasan masalah berbeda, solusinya pun berbeda".
Masalah semakin spesifik, kontribusi (baik dari sisi analisis maupun solusi) semakin signifikan, maka paper Anda punya peluang besar untuk diterima di jurnal internasional.
Sunday, June 7, 2015
Sikap Setelah Menemukan Topik Paper
Tulisan ini melanjutkan tulisan saya sebelumnya tentang "Menemukan Judul Potensial untuk Paper Anda".
Ketika Anda sudah menemukan sebuah judul potensial, bagaimanakah sikap Anda?
Kenapa saya menekankan sikap? Karena sikap menentukan keberhasilan Anda dalam penelitian dan publikasi hasil-hasilnya.
Ini yang dilakukan para peneliti di Korea Selatan: langsung ambil langkah-langkah untuk menghasilkan preliminary results secepat mungkin ---> Karena ribuan peneliti di dunia ini sedang mencari topik potensial mereka, dan siapa tahu puluhan dari mereka menemukan topik potensial yang mirip dengan yang Anda temukan.
Jadi, bergegaslah! Time is money. Anda bisa kalah balapan dengan periset-periset dari luar negeri. Dan tentu saja, balapan sesuai dengan kewajaran di bidang Anda. Anda tidak dapat menghasilkan sesuatu dalam waktu 3 hari jika Anda sedang meriset tanaman, bukan?
Segera rencanakan waktu pengerjaan ide Anda tersebut, dan perkirakan kapan preliminary results dapat dihasilkan.
Preliminary results? Mengapa bukan total/final results?
Ketika Anda menemukan preliminary results (hasil awal, belum lengkap, tetapi sudah memberikan gambaran seperti apa hasil final Anda ke depan), Anda sudah dapat mempublikasikannya di conference. Di situlah Anda membuat statement bahwa "saya sedang menggarap ide baru" dan "inilah hasil awal saya". Tentunya, conference yang bisa Anda 'tembak' bukan conference internasional kelas wahid. Cukup conference (kalau bisa internasional) kelas menengah ke bawah. Yang penting proceedings-nya ber-ISSN.
Setelah itu lanjutkan dengan segera mencapai total/final results. Lalu publikasikan ke jurnal internasional!
Menemukan Topik Potensial untuk Paper Anda
Kelihatannya kok mudah ya membuat paper?
Mudah, jika Anda sudah tahu topik potensial yang dapat Anda teliti dan Anda publikasikan. Untuk menemukannya, Anda harus melakukan satu aktivitas ini, namanya: Exhaustive Reading. Saya jamin jika Anda tidak melakukan ini, Anda tidak akan mendapatkan topik potensial untuk paper Anda.
Exhaustive Reading adalah tahap mengumpulkan (dan membaca) semua referensi yang Anda dapatkan dari berbagai sumber.Mungkin kita tidak dapat mengumpulkan secara lengkap semua referensi yang ada di dunia ini. Ada ratusan ribu atau jutaan referensi di dunia ini!
Akan tetapi, dalam pengalaman studi S-3 saya, mengumpulkan 200-300 paper sudah sangat cukup untuk mendeteksi state-of-the-art dari sebuah subjek penelitian.
Setelah dikumpulkan, lalu diapakan?
Yang terpenting adalah melakukan pemetaan dan kategorisasi penelitian dari paper-paper tersebut, yang dapat menjawab beberapa pertanyaan berikut:
1. Topik-topik apakah yang dalam waktu 2 tahun belakangan ini dibahas di paper-paper tersebut? ---> Buatlah list topik.
2. Jika dalam list topik tersebut, ada topik yang memiliki keterkaitan, baik keterkaitan parent-child (beberapa topik adalah sub dari satu topik besar) atau keterkaitan siblings (beberapa topik memiliki kesamaan level dan memiliki parent yang sama), buatlah peta semacam mind map. Banyak software mind map yang gratis yang dapat Anda download dari Internet. Gunakan software tersebut!
3. Jika menemukan lebih dari 1 paper yang membahas topik spesifik yang mirip, temukan persamaan dan perbedaan mereka. Apa saja yang mereka bahas, dan apa yang tidak mereka bahas. Akan lebih baik jika Anda dapat membuat tabel ini dengan mengambil sampling lebih dari 10 paper untuk topik yang mirip. Semakin banyak paper semakin baik.
Catatan: untuk menemukan pemetaan seperti ini, Anda tidak perlu membaca detail semua paper yang Anda kumpulkan. Pertama-tama baca dulu abstractnya. Untuk langkah pemetaan awal, abstrak akan membawa Anda pada identifikasi awal mengenai apa yang dibahas dalam paper tersebut. Langkah berikutnya biasanya adalah membaca Introduction. Biasanya, di Introduction, author mengungkapkan bagian apa saja yang dia bahas dari subjek penelitiannya. Masih kurang? Baca Conclusions-nya. Anda dapat menemukan informasi tambahan dari situ. Kemudian untuk membuat pemetaan lebih detail, Anda dapat membaca sisanya. Namun jika pemetaan awal saja sudah cukup, mendalami abstract, Introduction, dan Conclusions saja sudah cukup.
4. Langkah berikutnya adalah membaca baik-baik peta topik tersebut. Apakah Anda dapat menemukan hal baru yang belum terpikirkan pada paper-paper tersebut? Jika Anda menemukan hal baru tersebut, yang kira-kira Anda duga tidak membahas hal-hal yang Anda pikirkan, bacalah analisis-analisis yang dibuat oleh para authornya. Apakah Anda menemukan pembahasan hal baru tersebut? Ketika Anda yakin paper-paper tersebut tidak membahas hal yang sedang Anda pikirkan, di situlah kesempatan Anda untuk meneliti bagian tersebut dan di situlah peluang Anda untuk mempublikasi hasil penelitian ke jurnal internasional.
Saturday, June 6, 2015
Logika Matematika Sederhana Untuk Menguji Hasil Penelitian
Logika matematika seringkali berguna bagi saya untuk menguji apakah hasil penelitian saya sudah valid.
Sebagai contoh sederhana, hubungan logika berikut ini:
Premis 1: P ----> Q
Hubungan ini ekivalen dengan:
Premis 2: ~Q ----> ~P
Misalnya premis berikut ini: Jika dalam menjalankan misi mengikuti jalur, algoritma kendali A menghasilkan error yang cenderung nol (bagian ini saya sebut P), maka robot akan berada tepat di atas jalur (bagian ini saya sebut Q).
Jika ternyata pada hasil eksperimen, saya tidak mendapati robot saya tepat berada di atas jalur (~Q), berarti algoritma saya tidak menghasilkan error yang cenderung nol (~P).
Artinya, ada yang keliru, entah pada algoritma kendali A, atau pada simulasinya, atau model robotnya. Itu harus saya investigasi lebih lanjut.
Cara ini berguna terutama pada saat Anda berusaha menyusun sebuah teori / preposisi / lemma dll yang baru, yang akan menjadi kontribusi Anda pada komunitas ilmiah. Anda berusaha membuat teori dengan pola pada Premis 1. Ketika yang Anda dapati adalah Premis 2, Anda perlu investigasi lagi apa yang salah, sehingga teori pada Premis 1 bisa Anda modifikasi.
Saya akan lanjut di artikel lain dengan teknik-teknik pengujian dengan kaidah-kaidah logika.
Stay tuned!
Sebagai contoh sederhana, hubungan logika berikut ini:
Premis 1: P ----> Q
Hubungan ini ekivalen dengan:
Premis 2: ~Q ----> ~P
Misalnya premis berikut ini: Jika dalam menjalankan misi mengikuti jalur, algoritma kendali A menghasilkan error yang cenderung nol (bagian ini saya sebut P), maka robot akan berada tepat di atas jalur (bagian ini saya sebut Q).
Jika ternyata pada hasil eksperimen, saya tidak mendapati robot saya tepat berada di atas jalur (~Q), berarti algoritma saya tidak menghasilkan error yang cenderung nol (~P).
Artinya, ada yang keliru, entah pada algoritma kendali A, atau pada simulasinya, atau model robotnya. Itu harus saya investigasi lebih lanjut.
Cara ini berguna terutama pada saat Anda berusaha menyusun sebuah teori / preposisi / lemma dll yang baru, yang akan menjadi kontribusi Anda pada komunitas ilmiah. Anda berusaha membuat teori dengan pola pada Premis 1. Ketika yang Anda dapati adalah Premis 2, Anda perlu investigasi lagi apa yang salah, sehingga teori pada Premis 1 bisa Anda modifikasi.
Saya akan lanjut di artikel lain dengan teknik-teknik pengujian dengan kaidah-kaidah logika.
Stay tuned!
Bagaimana Cara Menulis Karya Ilmiah yang Benar?
Ada pertanyaan di grup Facebook Jurnal Ilmiah Indonesia
A. Saya mau tanya bagaimana sih kriteria karya tulis ilmiah yang baik dan benar..??B. Dan bagaimana supaya kita bisa membuat karya ilmiah sesuai kriteria itu..?
A. Mengenai kriteria karya tulis yang baik dan benar, ini secara umumnya:
1. Karya tulis ilmiah yang baik dan benar itu harus dapat menunjukkan logika yang runut. Artinya, tidak ada secuil pun statement yang tidak dapat dibuktikan validitasnya. Kalau mau lebih memahami tentang logika yang runut, coba baca-baca buku tentang logika matematika, seperti modus ponens, modus tollens, dan variasi-variasinya. Lihat contoh-contoh menuliskan statement-statement dengan logika yang tepat.
2. Karya tulis yang baik dan benar itu tidak menimbulkan bias makna. Istilah-istilah yang mempunyai potensi bias sebaiknya didefinisikan terlebih dahulu, terutama batasan-batasan dan konteksnya. Misalnya istilah "mesin" dalam teknik mesin dan "mesin" dalam teknik komputer mempunyai pemaknaan yang berbeda. Pada teknik mesin, istilah "mesin" cenderung bermakna mesin-mesin mekanis, sedangkan pada teknik komputer, sebuah CPU dapat diistilahkan sebagai "mesin". Oleh karena itu perlu ada pendefinisian yang jelas dalam karya tulis.
3. Tidak kalah penting adalah tata bahasanya. SPOK (subjek-predikat-objek-keterangan) harus benar-benar tepat.
4. Tidak melakukan plagiasi. Berikan citation jika Anda mengutip sebuah statement, atau Anda mengungkapkan sebuah ide jika itu berasal dari publikasi orang lain. Belajar jujur.
5. Karya tulis ilmiah yang baik dan benar sebaiknya membahas satu hal secara spesifik, tidak terlalu meluas, dan konteks serta batasannya terkendali. Jadi kalau mau berbicara tentang teknik pengendalian mobil, jangan kebablasan sampai perancangan produksi mobil.
B. Bagaimana supaya kita bisa membuat karya ilmiah sesuai kriteria?
1. Tips dari saya adalah pertama-tama: banyak-banyaklah membaca karya ilmiah, terutama yang sudah melalui proses peer-reviewing. Dengan demikian, kriteria umum pada bagian A di atas bisa lebih diresapi.
2. Dalam membaca tersebut, pelajari bagaimana para penulis paper itu membuat struktur pembahasan (misalnya: abstrak, introduction, problem description, analysis, simulation/experiments, conclusions, references).
3. Langsung saja menulis. Gagal di awal itu biasa. Bahkan dalam kasus menulis paper, setelah menulis, langsung saja kirim ke sebuah jurnal. Kalau belum pede dengan bahasa Inggrisnya, silakan kirim dulu ke jasa proofreading untuk dicek tata bahasanya.
4. Setelah selesai menulis, ujilah validitas logikanya. Test dengan modus ponens dan modus tollens, serta teori-teori logika lainnya. Apakah logikanya runut? Apakah logikanya nyambung ?
Subscribe to:
Posts (Atom)