Saturday, July 4, 2015

Topik Fundamental atau Topik "Sampah" ?

Disclaimer: Tulisan ini saya buat spesifik untuk bidang-bidang engineering. Namun tidak menutup kemungkinan relevan dengan bidang-bidang lainnya.
Apa itu topik fundamental? 

Topik fundamental adalah topik yang membahas hal-hal / teknik-teknik yang sangat berguna untuk memecahkan sebuah masalah. Sebagai gambaran untuk mempermudah pemahaman: Hukum Kirchoff Arus dan Hukum Kirchoff Tegangan adalah topik yang sangat fundamental dalam analisis rangkaian listrik.Semua permasalahan dalam rangkaian listrik pasti menggunakan kedua hukum tersebut. Dalam bidang robotika, konsep "Potential Field" untuk menghasilkan path yang dikembangkan oleh Rimon dan Koditschek adalah salah satu topik fundamental, karena memberi jaminan bahwa robot akan selalu tiba di tujuan, di mana pun titik awal robot tersebut.

Apa itu topik "sampah"? Sebenarnya tidak sesampah itu, namun ini istilah saya untuk menggambarkan topik-topik turunan dari topik-topik fundamental. Biasanya bersifat lebih teknis dan hanya berlaku untuk kasus-kasus yang sangat spesifik. Akan tetapi sebuah topik "sampah" kadangkala bisa menjadi topik fundamental, yaitu ketika dia repeatable, dapat diulang lagi oleh orang lain, dan terbukti validitasnya melalui eksperimen. Namun banyak sekali topik "sampah" yang benar-benar sampah di jagad perjurnal-ilmiahan, yang hanya mengubah sedikit dari teknik yang sudah ada, terlihat valid, padahal jika diulang oleh orang lain, tidak terbukti "manjur". 

Ketika kita melakukan studi literatur untuk paper kita, hal pertama yang harus dapat diidentifikasi adalah: mana paper yang mengandung uraian fundamental? Paper-paper seperti ini biasanya paper lama dengan jumlah citation yang tinggi, sampai ratusan, bahkan ribuan. Berangkat dari sebuah paper fundamental akan merupakan langkah yang sangat penting, karena Anda dapat mengidentifikasi turunan paper fundamental ini arahnya ke mana saja. Dari sini Anda dapat menyusun sebuah mind map atau membuat tabel identifikasi sebaran topik yang sudah dibahas orang lain.

Dan jangan membuang waktu Anda untuk membaca paper-paper "sampah" yang benar-benar sampah!

Monday, June 8, 2015

Batasan Masalah Bisa Jadi Masalah

Dalam menulis sebuah paper, satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah mendefinisikan scope / ruang lingkup / batasan masalah Anda. Singkatnya, semakin spesifik masalah Anda, maka kemungkinan terjadi bias pembahasan semakin kecil.

Misalnya, dalam ilmu sosial, Anda ingin membahas tentang pengaruh maraknya hotel di Yogyakarta terhadap perilaku masyarakatnya. Jika ruang lingkup Anda seperti ini, saya yakin, mestinya yang Anda buat bukanlah paper, tetapi BUKU. Terlalu luas ruang lingkupnya. Jika Anda membatasi masalah hanya di hotel area tertentu, masyarakat yang disurvey adalah yang tinggal dalam radius 1 km dari sebuah hotel, kategori masyarakat usia kerja, dan batasan-batasan lainnya, Anda memiliki banyak keuntungan: pembahasan lebih fokus, solusi lebih fokus, terhindar dari perdebatan yang tidak perlu karena bias interpretasi. Bahkan, dalam publikasi jurnal, Anda terhindar dari banyak pertanyaan reviewer yang seakan-akan diberi kesempatan untuk "membantai" Anda dari banyak sisi.

Semakin spesifik batasan masalah, semakin bagus. Ini disebabkan oleh kepercayaan komunitas sains bahwa:
1)  "solusi itu ditentukan oleh batasan masalahnya seperti apa". 
2) Mirip dengan nomor 1) adalah: "Batasan masalah berbeda, solusinya pun berbeda".

Masalah semakin spesifik, kontribusi (baik dari sisi analisis maupun solusi) semakin  signifikan, maka paper Anda punya peluang besar untuk diterima di jurnal internasional. 

Sunday, June 7, 2015

Sikap Setelah Menemukan Topik Paper

Tulisan ini melanjutkan tulisan saya sebelumnya tentang "Menemukan Judul Potensial untuk Paper Anda".

Ketika Anda sudah menemukan sebuah judul potensial, bagaimanakah sikap Anda?

Kenapa saya menekankan sikap? Karena sikap menentukan keberhasilan Anda dalam penelitian dan publikasi hasil-hasilnya.

Ini yang dilakukan para peneliti di Korea Selatan: langsung ambil langkah-langkah untuk menghasilkan preliminary results secepat mungkin ---> Karena ribuan peneliti di dunia ini sedang mencari topik potensial mereka, dan siapa tahu puluhan dari mereka menemukan topik potensial yang mirip dengan yang Anda temukan. 

Jadi, bergegaslah! Time is money. Anda bisa kalah balapan dengan periset-periset dari luar negeri. Dan tentu saja, balapan sesuai dengan kewajaran di bidang Anda. Anda tidak dapat menghasilkan sesuatu dalam waktu 3 hari jika Anda sedang meriset tanaman, bukan?

Segera rencanakan waktu pengerjaan ide Anda tersebut, dan perkirakan kapan preliminary results dapat dihasilkan.

Preliminary results? Mengapa bukan total/final results?

Ketika Anda menemukan preliminary results (hasil awal, belum lengkap, tetapi sudah memberikan gambaran seperti apa hasil final Anda ke depan), Anda sudah dapat mempublikasikannya di conference. Di situlah Anda membuat statement bahwa "saya sedang menggarap ide baru" dan "inilah hasil awal saya". Tentunya, conference yang bisa Anda 'tembak' bukan conference internasional kelas wahid. Cukup conference (kalau bisa internasional) kelas menengah ke bawah. Yang penting proceedings-nya ber-ISSN.

Setelah itu lanjutkan dengan segera mencapai total/final results. Lalu publikasikan ke jurnal internasional!

Menemukan Topik Potensial untuk Paper Anda

Kelihatannya kok mudah ya membuat paper?

Mudah, jika Anda sudah tahu topik potensial yang dapat Anda teliti dan Anda publikasikan. Untuk menemukannya, Anda harus melakukan satu aktivitas ini, namanya: Exhaustive Reading. Saya jamin jika Anda tidak melakukan ini, Anda tidak akan mendapatkan topik potensial untuk paper Anda.

Exhaustive Reading adalah tahap mengumpulkan (dan membaca) semua referensi yang Anda dapatkan dari berbagai sumber.Mungkin kita tidak dapat mengumpulkan secara lengkap semua referensi yang ada di dunia ini. Ada ratusan ribu atau jutaan referensi di dunia ini!

Akan tetapi, dalam pengalaman studi S-3 saya, mengumpulkan 200-300 paper sudah sangat cukup untuk mendeteksi state-of-the-art dari sebuah subjek penelitian.


Setelah dikumpulkan, lalu diapakan?


Yang terpenting adalah melakukan pemetaan dan kategorisasi penelitian dari paper-paper tersebut, yang dapat menjawab beberapa pertanyaan berikut:

1. Topik-topik apakah yang dalam waktu 2 tahun belakangan ini dibahas di paper-paper tersebut? ---> Buatlah list topik.


2. Jika dalam list topik tersebut, ada topik yang memiliki keterkaitan, baik keterkaitan parent-child (beberapa topik  adalah sub dari satu topik besar) atau keterkaitan siblings (beberapa topik memiliki kesamaan level dan memiliki parent yang sama), buatlah peta semacam mind map. Banyak software mind map yang gratis yang dapat Anda download dari Internet. Gunakan software tersebut!

3. Jika menemukan lebih dari 1 paper yang membahas topik spesifik yang mirip, temukan persamaan dan perbedaan mereka. Apa saja yang mereka bahas, dan apa yang tidak mereka bahas. Akan lebih baik jika Anda dapat membuat tabel ini dengan mengambil sampling lebih dari 10 paper untuk topik yang mirip. Semakin banyak paper semakin baik.

Catatan: untuk menemukan pemetaan seperti ini, Anda tidak perlu membaca detail semua paper yang Anda kumpulkan. Pertama-tama baca dulu abstractnya. Untuk langkah pemetaan awal, abstrak akan membawa Anda pada identifikasi awal mengenai apa yang dibahas dalam paper tersebut. Langkah berikutnya biasanya adalah membaca Introduction. Biasanya, di Introduction, author mengungkapkan bagian apa saja yang dia bahas dari subjek penelitiannya. Masih kurang? Baca Conclusions-nya. Anda dapat menemukan informasi tambahan dari situ. Kemudian untuk membuat pemetaan lebih detail, Anda dapat membaca sisanya. Namun jika pemetaan awal saja sudah cukup, mendalami abstract, Introduction, dan Conclusions saja sudah cukup.

4. Langkah berikutnya adalah membaca baik-baik peta topik tersebut. Apakah Anda dapat menemukan hal baru yang belum terpikirkan pada paper-paper tersebut? Jika Anda menemukan hal baru tersebut, yang kira-kira Anda duga tidak membahas hal-hal yang Anda pikirkan, bacalah analisis-analisis yang dibuat oleh para authornya. Apakah Anda menemukan pembahasan hal baru tersebut? Ketika Anda yakin paper-paper tersebut tidak membahas hal yang sedang Anda pikirkan, di situlah kesempatan Anda untuk meneliti bagian tersebut dan di situlah peluang Anda untuk mempublikasi hasil penelitian ke jurnal internasional.

Saturday, June 6, 2015

Logika Matematika Sederhana Untuk Menguji Hasil Penelitian

Logika matematika seringkali berguna bagi saya untuk menguji apakah hasil penelitian saya sudah valid.

Sebagai contoh sederhana, hubungan logika berikut ini:

Premis 1: P ----> Q

Hubungan ini ekivalen dengan:

Premis 2: ~Q ----> ~P

Misalnya premis berikut ini: Jika dalam menjalankan misi mengikuti jalur, algoritma kendali A menghasilkan error yang cenderung nol (bagian ini saya sebut P), maka robot akan berada tepat di atas jalur (bagian ini saya sebut Q).

Jika ternyata pada hasil eksperimen, saya tidak mendapati robot saya tepat berada di atas jalur (~Q), berarti algoritma saya tidak menghasilkan error yang cenderung nol (~P).

Artinya, ada yang keliru, entah pada algoritma kendali A, atau pada simulasinya, atau model robotnya. Itu harus saya investigasi lebih lanjut.

Cara ini berguna terutama pada saat Anda berusaha menyusun sebuah teori / preposisi / lemma dll yang baru, yang akan menjadi kontribusi Anda pada komunitas ilmiah. Anda berusaha membuat teori dengan pola pada Premis 1. Ketika yang Anda dapati adalah Premis 2, Anda perlu investigasi lagi apa yang salah, sehingga teori pada Premis 1 bisa Anda modifikasi.

Saya akan lanjut di artikel lain dengan teknik-teknik pengujian dengan kaidah-kaidah logika.

Stay tuned!
 

Bagaimana Cara Menulis Karya Ilmiah yang Benar?

Ada pertanyaan di grup Facebook Jurnal Ilmiah Indonesia

A. Saya mau tanya bagaimana sih kriteria karya tulis ilmiah yang baik dan benar..??
B. Dan bagaimana supaya kita bisa membuat karya ilmiah sesuai kriteria itu..?

A. Mengenai kriteria karya tulis yang baik dan benar, ini secara umumnya:
1. Karya tulis ilmiah yang baik dan benar itu harus dapat menunjukkan logika yang runut. Artinya, tidak ada secuil pun statement yang tidak dapat dibuktikan validitasnya. Kalau mau lebih memahami tentang logika yang runut, coba baca-baca buku tentang logika matematika, seperti modus ponens, modus tollens, dan variasi-variasinya. Lihat contoh-contoh menuliskan statement-statement dengan logika yang tepat.  

2. Karya tulis yang baik dan benar itu tidak menimbulkan bias makna. Istilah-istilah yang mempunyai potensi bias sebaiknya didefinisikan terlebih dahulu, terutama batasan-batasan dan konteksnya. Misalnya istilah "mesin" dalam teknik mesin dan "mesin" dalam teknik komputer mempunyai pemaknaan yang berbeda. Pada teknik mesin, istilah "mesin" cenderung bermakna mesin-mesin mekanis, sedangkan pada teknik komputer, sebuah CPU dapat diistilahkan sebagai "mesin". Oleh karena itu perlu ada pendefinisian yang jelas dalam karya tulis.

3. Tidak kalah penting adalah tata bahasanya. SPOK (subjek-predikat-objek-keterangan) harus benar-benar tepat.

4. Tidak melakukan plagiasi. Berikan citation jika Anda mengutip sebuah statement, atau Anda mengungkapkan sebuah ide jika itu berasal dari publikasi orang lain. Belajar jujur.

5. Karya tulis ilmiah yang baik dan benar sebaiknya membahas satu hal secara spesifik, tidak terlalu meluas, dan konteks serta batasannya terkendali. Jadi kalau mau berbicara tentang teknik pengendalian mobil, jangan kebablasan sampai perancangan produksi mobil. 
  
B. Bagaimana supaya kita bisa membuat karya ilmiah sesuai kriteria?
1. Tips dari saya adalah pertama-tama: banyak-banyaklah membaca karya ilmiah, terutama yang sudah melalui proses peer-reviewing. Dengan demikian, kriteria umum pada bagian A di atas bisa lebih diresapi.

2. Dalam membaca tersebut, pelajari bagaimana para penulis paper itu membuat struktur pembahasan (misalnya: abstrak, introduction, problem description, analysis, simulation/experiments, conclusions, references).

3. Langsung saja menulis.  Gagal di awal itu biasa. Bahkan dalam kasus menulis paper, setelah menulis, langsung saja kirim ke sebuah jurnal. Kalau belum pede dengan bahasa Inggrisnya, silakan kirim dulu ke jasa proofreading untuk dicek tata bahasanya.

4. Setelah selesai menulis, ujilah validitas logikanya. Test dengan modus ponens dan modus tollens, serta teori-teori logika lainnya. Apakah logikanya runut? Apakah logikanya nyambung ?

Tuesday, June 2, 2015

Estetika dalam Penulisan Paper


Saya beberapa kali me-review paper. Beberapa paper yang saya review memiliki gaya penulisan yang berantakan, sehingga tidak enak dilihat mata. Ada kalanya hal ini disebabkan oleh template yang dibuat oleh penyelenggara jurnal atau conference (biasanya template yang tidak "indah" itu berasal dari conference), atau authornya menulis dengan berantakan.

Hati-hati! Beberapa reviewer memiliki sensitivitas sangat tinggi terhadap estetika penulisan paper, sehingga ketidakrapian penulisan paper akan mengurangi obyektifitasnya dalam menilai. Bahkan fokusnya akan terpecah karena sudah duluan "bete" karena faktor estetika.

Saya adalah penggemar template paper IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers). Dengan demikian, pemahaman saya akan kerapian dalam penulisan paper mengacu pada IEEE. Beberapa hal yang terkait dengan estetika / keindahan yang saya anut adalah sebagai berikut:


1. Jenis font dalam paper seragam.

2. Ukuran font untuk judul besar, abstract, sub-judul, isi, berbeda, dan harus konsisten. Sesama sub-judul misalnya tidak boleh memiliki ukuran font yang berbeda.

3. (Ini penting) Peletakan gambar di IEEE tidak bisa sembarangan. Jika dalam satu halaman semua gambar disusun di atas halaman, maka semua halaman harus mengikuti pola tersebut. Sebaliknya, jika semua gambar disusun di bawah halaman, semua halaman harus mengikuti. 

4. Tidak ada gambar yang diletakkan di tengah halaman (susunan dari atas: paragraf - gambar - paragraf).

5. Tidak ada kalimat yang diletakkan di antara dua gambar (dari atas: gambar - paragraf- gambar).

6. Sebuah gambar diletakkan pada halaman yang membahas gambar tersebut untuk pertama kali.

7. Setiap gambar harus dibahas dalam minimal satu kalimat dalam paper tersebut.

8. Setiap simbol matematika yang digunakan harus memiliki definisi yang jelas dalam paper tersebut, meskipun simbol tersebut adalah simbol yang sudah umum digunakan dalam bidang ilmu yang berkaitan.

9. Setiap paragraf ditulis rata-kiri-kanan (justified). Lebih enak dilihat daripada hanya rata kiri.

10. Saya menyukai font Times New Roman untuk penulisan paper. Tetapi ini tidak terlalu penting, tergantung ketetapan dari jurnalnya.

Selain tata bahasa yang benar, kerapian dalam penulisan paper (mengikuti template) juga perlu dijaga agar reviewer juga lebih fokus memeriksa content dari paper Anda.

Sunday, May 31, 2015

Karakteristik Paper dari Beberapa Negara

Ada yang harus Anda ketahui mengenai karakteristik paper jurnal dari beberapa negara. Dalam observasi sekilas saya tentang paper-paper dari beberapa negara, terutama paper di bidang Engineering ada beberapa hal yang menarik untuk diperhatikan. Mari kita simak satu-persatu.

1. Amerika Serikat: Amerika Serikat adalah negara yang menghasilkan banyak peneliti berkualitas. Pada publikasi di bidang engineering, para peneliti berkualitas ini banyak yang tidak terlalu banyak mempublikasikan paper jurnal, tetapi sekalinya mempublikasikan paper, karya mereka biasanya sangat monumental dan fundamental di bidangnya. Teori-teori dan pendekatan mereka benar-benar masuk ke level breakthrough, padahal masalah yang dibahas mungkin tidak terlalu baru. Paper-paper dari Amerika Serikat perlu diperhitungkan untuk menjadi referensi.

2. Perancis: Di bidang engineering, paper-paper dari Perancis memiliki kekuatan di pemodelan matematis. Layak ditinjau jika Anda butuh pandangan-pandangan mengenai cara memodelkan masalah secara matematis.

3. Jerman: Jerman adalah negara yang menurut saya jarang sekali mempublikasikan paper jurnal internasional. Mereka lebih banyak mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya di jurnal-jurnal berbahasa Jerman, atau sekalian dipatenkan. Namun demikian, tetap ada paper-paper dari Jerman yang dipublikasikan di jurnal internasional.

4. Jepang: Paper-paper engineering dari Jepang rata-rata lebih bersifat eksperimen, meskipun ada teori-teori yang mereka munculkan. Namun demikian, nampaknya universitas-universitas di negara ini tidak terlalu "maniak jurnal internasional". Karya-karya para professor Jepang banyak yang dipublish di conference-conference top di bidangnya.

5. Korea Selatan: Korea Selatan adalah negara yang memandang pencapaian akademik seorang professor dinilai dari jumlah paper jurnal yang dipublikasikannya. Jangan heran, paper-paper yang berasal dari Korea Selatan banyak sekali muncul di jurnal-jurnal ilmiah ber-IF menengah ke bawah, karena lebih mementingkan waktu review yang cepat. Jadi secara kualitas, paper-paper asal Korea Selatan itu meragukan, meskipun ada beberapa yang berkualitas. Hati-hati juga dengan kemungkinan hasil penelitiannya tidak repeatable.

6. China: China saat ini adalah penyumbang paper jurnal internasional terbanyak di dunia. Akan tetapi negara ini pernah dilaporkan memiliki angka plagiarisme terbanyak di dunia (saya lupa link-nya). Jadi hati-hati dengan paper jurnal yang author-nya dari negara ini. Seperti halnya dengan paper-paper asal Korea Selatan, hati-hati juga dengan kemungkinan hasil penelitiannya tidak repeatable.

Sekali lagi, hasil observasi ini hanya dilakukan untuk bidang engineering. Mungkin lebih khusus lagi: bidang teknik mesin dan teknik elektro.

Saturday, May 30, 2015

Sekilas tentang State-Of-The-Art Jurnal

State-of-the-art adalah status perkembangan terakhir dari topik yang diperbincangkan dalam sebuah bidang ilmu atau sub-bidang, atau sub-sub-sub bidang ilmu. Sebagai contoh yang populer, dalam bidang Fisika, mungkin state-of-the-art nya saat ini adalah seputar penemuan partikel Higgs-Boson. Dan seperti yang telah kita ketahui, topik tentang penemuan elektron jelas sudah tidak menjadi state-of-the-art. Itu sudah menjadi pengetahuan umum. Jadi misalnya Anda mensubmit paper yang isinya adalah "kami telah menemukan elektron", sudah pasti akan di-reject, kecuali Anda memberikan penjelasan yang sangat berbeda dengan penjelasan mainstream tentang elektron yang Anda temukan.

Tentu saja, state-of-the-art di bidang Fisika tidak hanya itu saja. Sub-sub bidang Fisika yang lain mempunya state-of-the-art sendiri.

Jurnal pada umumnya mempunyai arahan setiap tahun tentang state-of-the-art apa yang akan mereka tampilkan. Ini berarti, paper-paper yang memiliki kaitan baik langsung maupun tidak langsung ke state-of-the-art tersebut akan mendapat sebuah privilege untuk dimuat dalam jurnal. Bukan berarti paper-paper lain yang tidak terkait tidak akan mendapat kesempatan publikasi. Ini hanya masalah skala prioritas saja.

Namun demikian, state-of-the-art setiap jurnal di bidang yang sama tidak selalu sama. Anda dapat melihat-lihat paper-paper yang dimuat dalam sebuah jurnal, kira-kira ke mana pembahasan pada paper-paper tersebut mengarah. Cara lain, coba Anda cari edisi pertama jurnal tersebut tahun ini. Biasanya editorial board-nya memuat sebuah artikel yang menggambarkan state-of-the-art dari jurnal tersebut untuk setahun ke depan. Dari situ Anda dapat menilai, kira-kira jurnal tersebut dalam setahun ini tertarik untuk mempublikasi paper-paper dengan topik apa.

Bagi Anda yang sedang study S-2 atau S-3, mengetahui state-of-the-art jurnal sangat penting. Anda dapat mengira-ira penelitian seperti apa yang dapat Anda lakukan untuk tidak dianggap kuno oleh editorial board jurnal.


Cara Menilai Sebuah Paper Berkualitas

Bagaimana mengevaluasi sebuah paper itu berkualitas atau tidak? Dengan kata lain, bagaimana memastikan bahwa paper tersebut layak dijadikan bahan acuan? Apakah kita harus membaca dulu sampai habis baru kemudian memutuskan bahwa paper ini berkualitas? Mungkin, tetapi sebelum melakukan itu, simak tips berikut ini.

Satu indikator yang dapat digunakan sebelum kita menghabiskan waktu membaca paper tersebut adalah jumlah sitasi yang didapatkannya.

Saya ambilkan sebuah contoh sebuah paper dari link ini: 


Di website IEEE ada link yang akan membawa Anda ke daftar paper-paper yang men-cite paper di atas. Dalam kasus ini jumlah sitasinya (yang terdeteksi oleh IEEE) adalah 420. Ini adalah jumlah yang dapat saya katakan fantastis untuk paper di bidang teknik. Bahkan, jika paper saya mendapatkan 10 sitasi saja (tanpa self-citation), saya mungkin akan mengadakan syukuran.

Akan tetapi indikator ini sebenarnya relatif. Untuk paper-paper yang baru dipublikasikan dalam lima tahun terakhir, belum tentu memiliki angka sitasi lebih dari nol. Jika dalam kurun waktu lima tahun tersebut dia mendapatkan lima sitasi (bukan self-citation), itu sudah dapat dikatakan sebagai paper yang berkualitas, at least, dipertimbangkan.

Dalam opini saya, paper yang tahun publikasinya lebih dari 10 tahun yang lalu dan belum mendapatkan sitasi sama sekali, dapat saya pastikan bahwa saya tidak perlu repot-repot membaca paper tersebut.

Jika paper yang Anda temukan itu belum mendapat sitasi, dan Anda merasa harus membacanya untuk melihat kualitasnya, silakan baca paper tersebut!

Friday, May 29, 2015

Editor Jurnal Tidak Sepenuhnya Obyektif

Manusia adalah mahluk sosial. Ini sebuah fakta yang tidak dapat dihindari, termasuk dalam hal editorial jurnal, terutama editor-in-chief (EIC) jurnal.

Kadangkala, sebuah manuscript terhindar dari rejection, atau bahkan mendapatkan decision "accepted" karena ada hubungan pertemanan antara authornya dan EIC jurnal tersebut. Misalnya pertemanan karena mereka berada pada satu kampus yang sama, atau sedang melakukan penelitian dalam tim yang sama.

Ini sebenarnya normal, hanya saja EIC perlu membuat langkah-langkah yang halus agar privilege yang dia berikan kepada author yang menjadi temannya ini tidak membuat curiga publik. Misalnya dengan memberikan decision "Major Revision" daripada "Rejection", padahal hanya satu dari tiga reviewer yang memberikan rekomendasi major revision dan dua lainnya memberikan rejection. Tentu saja, EIC perlu menjaga nama baik dan kredibilitasnya, tetapi di sisi lain dia juga menjaga kelangsungan pertemanannya dengan author.

Contoh lain adalah dari sisi reviewer. Reviewer yang sedang me-review manuscript author yang menjadi temannya, kadang-kadang memberikan "major revision", padahal manuscriptnya lebih tepat diberikan "rejection". Bahkan bisa jadi begini: dia memberikan "rejection" hanya gara-gara mengetahui bahwa authornya adalah orang yang tidak disukainya.

Mungkin banyak yang kaget dengan fakta ini. Tetapi inilah sistem yang dijalankan manusia. Subyektifitas selalu akan ada dalam setiap tindakan.

Saturday, May 23, 2015

Masalah Tata Bahasa Harus Dibereskan!

Sebelum mengirim manuscript, pastikan Anda yakin dengan tata bahasa (Inggris) yang Anda gunakan. Perhatikan terutama, ini kesalahan umum penulis-penulis yang bahasa ibunya bukan Inggris, hal-hal berikut:
1) Pastikan kapan Anda menggunakan "a" ,"an", dan "the"
2) Pastikan apakah kata-kata benda yang Anda pakai itu countable atau uncountable.
3) Pastikan penggunaan bentuk single dan plural untuk kata-kata benda yang Anda gunakan
4) Pastikan apakah verb yang Anda gunakan sesuai dengan subject-nya.
5) Pastikan tenses yang Anda gunakan betul.
6) Pastikan bentuk kalimat aktif dan pasif yang Anda gunakan betul.

Kesalahan-kesalahan lain biasanya sifatnya minor.

Nah, kenapa harus benar-benar memastikan?
Karena reviewer tidak mau banyak berpikir untuk mengerti apa yang Anda maksudkan ketika tata bahasa Anda berantakan.Masalah tata bahasa membuat mood beberapa reviewer rusak, sehingga tidak dapat memberikan feedback yang konstruktif, terutama yang berkaitan dengan content manuscript Anda.

Sayang sekali jika hasil review-nya hanya berupa kesalahan tata bahasa.

Menarik Hati Editor-In-Chief

Editor-In-Chief (EIC) adalah satu jabatan yang sering tidak dipertimbangkan penulis manuscript. Kebanyakan yang jadi momok adalah reviewer. Tetapi jangan lupa, EIC adalah penentu keputusan terakhir apakah manuscript diterima atau tidak. Biasanya, EIC akan memeriksa apakah hasil review itu sesuai dengan kaidah review, atau sekedar "membantai" saja.

Perlu diketahui juga bahwa EIC mempunyai misi untuk memajukan jurnal yang dipimpinnya. Sebagai contoh, dia harus menaikkan Impact Factor (IF) jurnalnya. Contoh lain, dia harus mempromosikan jurnalnya lebih gencar, misalnya dengan mengirimkan e-mail undangan ke banyak penulis yang ikut dalam conferences.

Nah, sebagai penulis manuscript, kita juga perlu "menarik hati" EIC. Ada dua hal setidaknya yang dalam pengalaman saya perlu diperhatikan:
1. Ketika mensubmit manuscript, buatlah cover letter (surat pengantar).Cover letter ini merupakan bentuk "sopan santun" penulis kepada EIC. Isinya memberitahukan bahwa ini adalah manuscript berjudul XYZ yang ditulis oleh A, B, C. Sampaikan juga bahwa penulis berharap supaya manuscript ini dapat dipertimbangkan untuk dipublish di jurnal tersebut. Buatlah singkat, padat, jelas, karena ini hanya merupakan "basa-basi" authors.

Contoh cover letter yang dibuat oleh professor saya ke prof. Witold Pedrycz (EIC IEEE Transactions on Systems Man & Cybernectics, Part A) sebelum mengirimkan revisi kedua manuscript saya (dinyatakan accepted):


Dear Professor Pedrycz,
  Thank you for your e-mail dated on July 13, 2012 informing us the editorial decision on our manuscript “A Path Planning Algorithm Using Vector Potential Functions in Triangular Regions, SMCA-10-07-0267.R2”. We would like to express our appreciation to you, the AE, and the anonymous reviewers for the time and effort that had been spent in processing our paper. We confirm that the paper has been appropriately revised in accordance with your comment and the comments made by the AE and the reviewers.
 Once again, sincere thanks for the time and effort in further processing our revised manuscript.
                                                                                  Sincerely,                                                                                  (Nama prof saya)

2. Jangan lupa melakukan cite beberapa paper yang dipublish dalam waktu 2 tahun terakhir pada jurnal yang dituju (cite saja 5-7 paper dari jurnal tersebut). Ini akan menarik perhatian EIC bahwa jurnalnya akan mendapat penambahan citation jika manuscript ini dipublish (meskipun belum tentu akan dipublish, karena EIC harus melihat hasil review).
Setidaknya, EIC merasa bahwa jurnalnya dihargai dan dipertimbangkan oleh authors.

Catatan: Belum tentu manuscript Anda diterima dengan tips ini. Paling tidak, mood EIC terjaga dengan melakukan kedua hal di atas.

Tuesday, May 19, 2015

Keyword List, Apa Itu?



Dalam penulisan paper jurnal internasional, setelah menulis abstract, kita biasanya menuliskan keywords. Keywords merupakan kata-kata kunci yang dapat menerangkan isi paper secara keseluruhan. Biasanya jumlah keywords yang diperlukan adalah minimal 3 buah.

Nah, agar penulisan keywords ini agak lebih terkendali, sehingga jangan sampai ada keywords hampir identik, misalnya "robot" dan "robots", beberapa penerbit (publisher) jurnal membuat keyword list, sehingga authors diharapkan melihat dulu ke keyword list yang dirilis oleh publisher yang menerbitkan jurnal.

Beberapa keyword list yang dirilis oleh publisher yang sempat saya search di internet antara lain:


Selain membuat pengelompokan paper lebih terkendali, keywords juga digunakan untuk mempermudah pencarian paper di website jurnal.

Oleh karena itu, disarankan mencari dulu daftar keyword di website jurnalnya. Jika jurnalnya tidak menyediakan, silakan membuat keyword sendiri.

Jangan Pelit Kalau Membuat Manuscript



Mungkin adanya iming-iming kredit point yang sangat tinggi untuk submit manuscript ke jurnal internasional membuat kita lebih suka menulis manuscript sebagai penulis tunggal. Ya tidak apa-apa, toh juga pekerjaan sendiri.

Akan tetapi pernahkah Anda terpikir bahwa menulis manuscript / paper itu adalah jalan untuk menjalin silaturahmi / hubungan baik dengan sesama peneliti?

Saya punya rekan yang selalu menulis paper berbarengan dengan dosen lain. Kredit yang didapat memang jatuh-jatuhnya lebih rendah, tetapi ada hal positif yang bisa ditarik dari situ, antara lain:

1) Koneksitas dengan penulis lain menjadi lebih erat
2) Kualitas paper meningkat, karena yang berpikir lebih dari satu orang.
3) Kalau penulis yang diajak menulis bareng itu ternyata memiliki track record publikasi di beberapa jurnal, ada kemungkinan papernya diperhatikan oleh Editor-In-Chief dari jurnal tersebut, sehingga peluang diterimanya lebih besar.
4) Satu saat, jika penulis lain tersebut mempunyai ide membuat paper, mungkin Anda akan diajak menulis juga. Lumayan, dapat satu paper tanpa capek-capek memikirkan ide awalnya, bukan?
5) Kelak, Anda dapat membuat sebuah "kerajaan riset" bersama orang-orang yang Anda ajak menulis paper. Siapa tahu....

Jadi, jangan serakah. Jangan pelit dalam membuat paper. Ada hal yang lebih besar daripada sekedar mendapatkan kredit.

Tipe Reviewer

Ada beberapa tipe reviewer yang saya tahu:

1. Tipe Rejector

2. Tipe Critical

3. Tipe Advisor

4. Tipe Busy-Man

5. Tipe Idea-Stealer

Ini penjelasan singkatnya:

1. Tipe Rejector
Reviewer tipe rejector adalah reviewer yang berusaha mencari-cari kesalahan. Prinsipnya, "try to reject". Tipe ini bagus. Dia bisa menunjukkan kesalahan-kesalahan kita, termasuk typos dan grammar English. Namun kadang-kadang kesalahan yang ditunjukkan malah diada-adakan. Atau malah melakukan rejection padahal kesalahannya tidak parah.

2. Tipe Critical
Tipe ini akan mereview dengan sangat detail. Saya pernah menghadapi reviewer ini waktu di manuscript saya yang pertama. Sekali review bisa 30 pertanyaan. Saya suka tipe ini, meskipun merepotkan, tetapi dia bisa memberikan opini dari sisi yang berbeda dengan author. Ke-komprehensif-an paper kita jadi lebih meningkat. Hanya saja, menambah pekerjaan kita dalam revisi.

3. Tipe Advisor
Reviewer jenis ini lebih memberikan saran daripada mengkritisi. Sangat bagus untuk meningkatkan kualitas manuscript kita. Reviewer ini dapat mendeteksi kesalahan, tetapi kesalahan yang fundamental saja. Dengan demikian, gaya reviewnya menyulitkan kita karena kita tidak tahu bagian mana yang salah, terutama yang kecil-kecil/ kurang fundamental.

4. Tipe Busy-Man
Tipe ini, karena workloadnya banyak, tidak terlalu kritis dalam mereview. Biasanya hanya memberikan review sebagai sekedar formalitas.

5. Tipe Idea-Stealer
Tipe ini patut diwaspadai. Dia akan berusaha melakukan rejection (sehingga manuscript kita ter-delay dalam publikasi), dan diam-diam mengolah ide kita dan mempublikasikannya ke jurnal lain yang lebih cepat waktu reviewnya (biasanya jurnal IF rendah). Inilah saya menekankan pentingnya flagging ide di artikel sebelumnya.

Secara umum, setiap reviewer memiliki minimal satu dari kelima tipe di atas (bisa kombinasi).

Tips Menjawab Pertanyaan Reviewer

Reviewer akan merespons manuscript Anda dengan pertanyaan-pertanyaan, saran, bahkan sanggahan. Lalu bagaimana menjawab setiap pertanyaan dari reviewer?

Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Jawablah dengan singkat, jelas, dan padat. Jangan bertele-tele, karena bisa merusak mood reviewer.

2. Jawablah yang ditanyakan saja. Jangan ditambahi penjelasan yang tidak perlu.

3. Ketika menjawab, usahakan tidak bias, sehingga tidak menimbulkan pertanyaan baru dari reviewer.

4. Pada saat merevisi manuscript, revisilah HANYA pada hal-hal yang diminta oleh reviewer. Jika tiba-tiba terlintas di pikiran Anda untuk menambahkan hal-hal yang menurut Anda lebih "keren" atau lebih "kekinian", lebih baik simpan saja ide itu untuk manuscript Anda yang baru. Penambahan hal-hal baru hanya akan menimbulkan ide bagi reviewer untuk "membantai" Anda.

5. Sanggahlah reviewer jika pendapatnya salah. Akan tetapi perlu dicatat  bahwa: dalam menyanggah, gunakan bahasa yang formal, pilihan kata yang baik, tetapi tetap singkat, jelas, dan padat., meskipun mungkin bahasa si reviewer kurang formal.

Misalnya
Reviewer: I think the path must be generated by considering some constraints.

Jawab: "The authors disagree with the reviewer. In the point of view of the authors, generating a path without any constraint  would be better."

Ini masih lebih baik daripada.

"We don't agree with you. We think that the path cannot be built without any constraints. It is bad if we put some constraints into the algorithm".

Perhatikan kata-kata yang saya bold. Itu adalah upaya yang saya lakukan untuk menjawab dengan lebih formal.

6. Selalu ucapkan terima kasih setiap kali ada komentar reviewer yang bersifat memberi saran. Tetapi jangan berlebihan.

Misalnya:
Reviewer: It is better if you add some figures to make the explanation clear.

Jawab: Thank you for the suggestion. The authors have added Fig.4 in the revised manuscript.

Jangan begini:

Jawab: Thank you for the suggestion. It is a constructive comment. The authors have added Fig. 4 in the revised manuscript. We will make the manuscript better.
Kata-kata yang saya beri warna merah adalah kata-kata yang boros dan tidak perlu dituliskan.




Apa yang Pertama Kali Dilihat Reviewer?

Ketika mereview sebuah manuscript, apa yang pertama kali dilihat reviewer?

Yang paling umum, reviewer akan melihat dua hal:
1) Orisinalitas
2) Kontribusi
3) Keunggulan dari metode yang kita tuliskan pada manuscript jika dibandingkan dengan hasil riset orang lain yang telah dipublikasi sebelumnya.

1) Untuk point orisinalitas, jika reviewer mengetahui ada pekerjaan yang mirip, dia akan meminta author untuk melakukan pengecekan terhadap pekerjaan yang mirip tersebut.

2) Kontribusi. Ini maksudnya adalah pernyataan author tentang dengan cara apakah hasil penelitiannya memberikan sumbangsih yang signifikan terhadap bidang yang sedang ditelitinya.

3) Keunggulan: ini adalah statement tentang di mana letak keunggulan hasil penelitian Anda dibandingkan dengan hasil penelitian yang sudah dipublikasikan.

Nah, ketiga point ini harus Anda clear-kan di bagian Introduction dari paper Anda. Buatlah reviewer jelas mengenai orisinalitas, kontribusi, dan keunggulan dalam manuscript Anda.

Selanjutnya, reviewer akan meninjau isi dari manuscript Anda secara lebih dalam.
Ingat, reviewer adalah orang yang juga punya pekerjaan. Dia tidak mau terlalu membuang waktu untuk membaca manuscript Anda lebih dalam. Oleh karena itu, buatlah dia lebih jelas tentang ketiga hal di atas. Buat sejelas mungkin, dan se-realistis mungkin. Jangan "membual", karena reviewer bukan orang bodoh.

Monday, May 18, 2015

Submit Manuscript ke Jurnal yang Mana?

Ini pertanyaan yang klasik, tetapi perlu juga dibahas.

Kalau saya, ketika pertama kali mengirim manuscript, saya akan kirim dulu ke jurnal dengan IF tinggi yang paling relevan. Harapannya, saya akan mendapatkan feedback dari reviewer, yang saya yakini adalah reviewer-reviewer kelas wahid.

Kalau ditolak ya sudah, minimal dapat feedback, sehingga saya dapat perbaiki. Setelah itu, saya kirimkan manuscript itu ke jurnal lain yang IF-nya lebih rendah sedikit.

Begitu terus sampai akhirnya saya mendapatkan rekomendasi "Major Revision". Rekomendasi ini patut disyukuri. Berarti manuscript saya dianggap layak, hanya butuh perbaikan-perbaikan.


Bagaimana dengan Anda?


Memilih Referensi untuk Manuscript Anda

Adakah tips khusus untuk memilig referensi yang tepat untuk manuscript?


Sebenarnya bebas-bebas saja. Namun saya dulu diajari professor saya begini. Referensi itu ada berbagai jenis:

1) Paper conference
2) Paper jurnal
3) Buku
4) Laporan-laporan tambahan (kalau di engineering ada namanya: technical report)
5) Disertasi/thesis
6) Wikipedia
7) Blog


Paper conference

Pilihlah paper conference yang tahun publikasinya tidak sampai setahun yang lalu. Ini disebabkan paper conference biasanya merupakan current progress yang dalam waktu dekat akan dilengkapi dan dikirim versi lengkapnya ke jurnal. Jadi, memilih paper conference, jika ada versi jurnal yang dipublikasi si author, lebih baik dihindari untuk waktu publikasi yang terlalu lama. Jika menemukan paper conference yang sudah terbit lebih dari setahun yang lalu, cobalah mencari versi continuation-nya dalam bentuk paper jurnal.
Membaca paper conference gunanya adalah untuk melihat ide apa yang sedang dimunculkan.


Paper jurnal

Paper jurnal adalah bentuk terformulasi dari ide terbaru yang dimunculkan sang author. Paper jurnal sudah melalui peer-review, sehingga valid secara ilmiah. Jadi kalau mau melihat pencapaian sang author dalam bentuk yang sudah relatif valid, lihatlah paper jurnalnya. 


Buku

Buku adalah hasil pengumpulan knowledge yang terintegrasi. Isinya tidak selalu hasil penelitian terbaru, tetapi buku membahas satu scope masalah dengan lebih komprehensif. Akan tetapi, jangan mengandalkan buku untuk melihat progress terkini dari penelitian. Tujuan dibuatnya buku bukan untuk itu.


Laporan Tambahan/Technical Report

Dalam bidang teknik, biasanya ada technical report, yang membahas sebuah solusi masalah dengan lebih teknis. Jenis referensi ini berguna untuk melihat lebih detail dan teknis bagaimana sebuah solusi masalah terverifikasi. Misalnya dalam simulasi, ada model baru atas sebuah fenomena, model tersebut dijabarkan secara matematis dan detail dalam sebuah technical report


Disertasi/Thesis

Disertasi / Thesis yang dibuat oleh mahasiswa di luar negeri biasanya merupakan kompilasi dari publikasi yang telah dilakukannya. Jadi kita bisa shortcut saja langsung baca paper jurnalnya. Kecuali jika kita ingin melihat "urutan cerita" dari topik yang dibahas.


Wikipedia


Meskipun secara teknis Wikipedia mengandung content yang dimodifikasi banyak orang dan seiring berjalannya waktu, contentnya semakin akurat, tetapi masih menjadi perdebatan apakah content Wikipedia bisa menjadi referensi sebuah paper jurnal. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa content Wikipedia tidak melalui proses peer-review. Tetapi Wikipedia bagus untuk mencari informasi-informasi awal, yang kemudian dapat kita teruskan dengan mencari informasi lanjutan melalui paper jurnal.

Blog
Blog, jelas tidak melalui proses peer-review, dan content-nya lebih merupakan subyektifitas dari pemiliknya. Jadi, untuk paper jurnal internasional, tidak usahlah mencari referensi dari blog.












Pengaruh Impact Factor pada Peluang Lolos Manuscript


Impact Factor (IF) adalah satu besaran yang menggambarkan rasio antara jumlah citation sebuah jurnal dibandingkan dengan jumlah paper yang dipublikasikan oleh jurnal tersebut dalam setahun.

Sebagai contoh, jika sebuah jurnal dalam setahun mempublikasikan 100 buah paper, kemudian setelah setahun berlalu, ternyata jumlah paper di jurnal lain (dan juga jurnal tersebut) yang men-cite paper-paper di jurnal tersebut adalah 50, berarti impact factor jurnal tersebut adalah 50/100 = 0,5.


Saat ini, untuk bidang engineering, IF jurnal-jurnal top berkisar antara 5-6. Pada jurnal di bidang kedokteran, bisa sampai 60. 

Lalu apa efeknya pada peluang lolos manuscript?


Lazimnya, jurnal dengan IF tinggi mempunyai tingkat seleksi yang ketat. Hal ini karena jurnal tersebut menjaga benar-benar apakah papernya punya peluang di-cite atau tidak.
Sedangkan untuk jurnal-jurnal dengan IF rendah, biasanya mengejar dulu jumlah manuscript yang masuk ke meja editorial.


Jika jurnal tersebut biasa menerbitkan 100 paper setiap tahun dan hanya menerima 200 manuscript, itu berarti mereka  akan menolak 50% dari manuscript yang masuk. Persentase ini sudah termasuk persentase rendah. Jurnal yang top biasanya hanya meloloskan tidak lebih dari 25-30% manuscript yang masuk. Pada jurnal-jurnal dengan impact factor tinggi, biasanya mereka mempunyai angka penerimaan manuscript yang masuk editorial board yang sangat tinggi. Mungkin saja mereka menerima 1000 manuscript dan meloloskan hanya 100 diantaranya per tahun, dan itu adalah paper-paper yang mereka anggap berpeluang mendapatkan jumlah citation yang tinggi.


Salah satu bentuk seleksi ketat oleh sebuah jurnal adalah review oleh reviewer sangat kompeten.(tambahan 'sangat kompeten' ini perlu diperhatikan, jadi bukan sekedar reviewer). Mereka memiliki jam terbang publikasi yang tinggi. Karena jumlah manuscript yang masuk sangat banyak, pengelola jurnal tidak takut jikalau banyak manuscript yang ditolak.Semakin banyak ditolak semakin bagus, begitulah kira-kira. Jika jumlah penerimaan manuscript kecil, sulit untuk memaksakan hasil review yang 'killer'.


Jika Anda memasukkan manuscript Anda ke jurnal dengan IF tinggi, besar kemungkinan Anda akan di-reject. Tetapi biasanya, feedback yang Anda dapatkan akan sangat berkualitas, selama content-nya masih sesuai dengan jurnal tersebut. 

Sebaliknya, jika Anda memasukkan manuscript Anda ke jurnal dengan IF rendah, mungkin Anda akan diloloskan. Akan tetapi biasanya kualitas feedback-nya kurang berkualitas.

Pilih mana?

Sunday, May 17, 2015

Manuscript Anda Ditolak? Santai Saja!

Anda ragu-ragu sebelum mengirim manuscript Anda ke sebuah jurnal? Anda takut manuscript Anda ditolak?
Jangan kuatir. Banyak penulis-penulis paper seperti Anda yang mengalami nasib naas seperti ini.

Naas? Tidak juga.

Ada hikmah yang dapat diambil ketika manuscript Anda ditolak: Anda mendapatkan hasil review mengapa manuscript Anda ditolak.


Mendapatkan hasil review / feedback atas tulisan Anda itu JAUH LEBIH PENTING daripada sekedar diterima atau tidak.


Dengan demikian, Anda dapat memperbaiki lagi manuscript Anda dan mengirimkannya lagi ke jurnal yang sama atau jurnal lainnya, berdasarkan komentar dari para reviewer.

Yang naas itu sebenarnya adalah manuscript Anda ditolak tetapi tidak ada komentar membangun dari reviewer!

Menarik Hati Reviewer

Ini lanjutan dari postingan saya tentang reviewer.

Tahukah Anda kalau dalam men-submit manuscript itu perlu sedikit "trik" untung-untungan, terutama dalam kaitannya dengan reviewer?

Ini satu trik yang disarankan oleh profesor saya: "masukkan beberapa paper yang ditulis oleh reviewer yang kamu rekomendasikan ke dalam papermu ( alias, cite your reviewer's paper! )".

Reviewer, rata-rata adalah dosen dan peneliti juga. Mereka memiliki kebanggaan jika ada dari paper-papernya yang di-cite oleh paper lain. Di sini kita bisa "menarik hati reviewer" (syukur-syukur hatinya bisa kita tarik, hehehe): masukkan beberapa judul papernya ke dalam daftar referensi di paper kita. Tentu saja paper-paper yang berkaitan (meskipun kaitannya sangat tipis).

Ya namanya juga untung-untungan, siapa tahu reviewer yang kita ajukan itu malah benar-benar ditunjuk oleh pengelola jurnal untuk me-review paper kita. Ya kan?

Conference Itu Sangat Penting!

Mungkin ada yang bertanya-tanya: lebih penting mana mensubmit manuscript ke conference atau ke jurnal?

Dalam skema Dikti, paper yang muncul di jurnal memang lebih tinggi kreditnya dibandingkan conference (untuk ruang lingkup yang setara: nasional/internasional). Tapi lupakan sejenak masalah kredit-kreditan itu :)

Saya beritahu sebuah rahasia bahwa: Conference itu sangat sangat sangat penting!!

Latar belakangnya adalah: conference itu mencegah ide kita diplagiat orang lain.

Caranya?

Jadi begini, kalau kita submit langsung manuscript kita ke jurnal, kadang-kadang ada reviewer "nakal": dia melakukan rejection (penolakan) atas manuscript kita, tetapi diam-diam dia olah sendiri ide dari manuscript kita yang sejatinya itu orisinil hasil pemikiran kita. Akibatnya, ide kita itu tidak terpublikasi untuk jangka waktu yang tidak dapat diprediksi. Lalu tiba-tiba ide kita muncul dengan nama orang lain, tanpa kita bisa menuntut.

Untuk mencegahnya, kita perlu melakukan flagging ide, yaitu dengan cara mengirimkan dulu manuscript kita (versi tidak lengkap) ke conference yang proceeding-nya mempunyai ISSN. Keuntungannya adalah, conference itu waktu pelaksanaannya jelas. Jadi kita bisa prediksi kapan ide kita itu muncul. Sambil menunggu pelaksanaan conference, kita mensubmit manuscript kita (versi lengkap) ke jurnal internasional (yang notabene acceptance time-nya tidak terprediksi).

Dengan demikian, ketika ada reviewer "nakal" yang ingin mengambil ide kita, kita sudah punya pegangan, yaitu paper di proceeding conference. Kita bisa tuntut seandainya terjadi plagiasi.

Jangan biarkan ide Anda diambil orang !

Memilih Reviewer dalam Proses Submission

Salah satu proses dalam evaluasi paper di jurnal (internasional dan nasional) adalah proses peer-review.

Proses ini merupakan proses pengecekan / pemeriksaan oleh orang-orang yang ditunjuk oleh pengelola jurnal. Biasanya, pengelola jurnal mempunyai list reviewer yang mereka percaya untuk diserahi tugas memeriksa manuscript Anda.

Tetapi ada kalanya pula pengelola jurnal tidak punya pegangan siapa reviewer yang layak. Dalam kasus lain, pengelola jurnal butuh ide-ide baru dari penulis tentang siapa rekomendasi reviewer yang penulis inginkan.

Nah, dalam hal ini, ketika melakukan proses submission manuscript, ada isian tentang rekomendasi reviewer. Di sinilah penulis bisa menuliskan siapa reviewer yang diinginkan.

Cara yang biasa saya gunakan adalah: saya pilih nama-nama reviewer yang saya ambil dari author-author di referensi saya. Kemudian saya cek di internet. Sebagai contoh, saya merekomendasikan satu reviewer bernama Steven LaValle. Saya cek track recordnya melalui website resminya (biasanya domainnya ada di universitas). Kemudian saya catat info terkait dirinya. Misalnya: nama universitas, alamat e-mail, dan nomor contact.

Berikut ini contoh list reviewer yang pernah saya buat waktu mensubmit paper saya yang pertama:

(1) Dr. Ahmad A. Masoud
Department of Electrical Engineering
King Fahd University of Petroleum & Minerals
Dhahran 31261, Saudi Arabia
Tel: +966-3-860-3740, Fax: +966-3-860-3535
Email: masoud@kfupm.edu.sa
Research area: Intelligence applied to constrained motion control, planning, navigation, and traffic management.

(2) Prof. Suzhi Sam Ge
Department of Electrical & Computer Engineering
National University of Singapore
Singapore 117576
Tel: +65-6516-6821, Fax: +65-6779-1103
Email: samge@nus.edu.sg
Research area: Autonomous robotics (sensor fusion, path planning, decision making), intelligence control, intelligent interactive media fusion, and education software development.

(3) Prof. Daniel E. Koditschek
School of Engineering and Applied Science
University of Pennsylvania
Moore School Building, 200 S. 33rd Street
Philadelphia, PA 19104, USA
Tel: +001-1-215-898-9241, Fax: -
Email: kod@seas.upenn.edu
Research area: Robotics and application of dynamical systems theory to intelligent mechanisms

(4) Dr. Fumitoshi Matsuno
Department of Mechanical Engineering and Intelligent Systems
University of Electro-Communications
1-5-1, Chofugaoka, Chofu-shi,
Tokyo 182-8585, Japan
Tel: +81-42-443-5442, Fax: +81-42-484-3327
Email: dep-secretary@mce.uec.ac.jp
Research area: Robotics, space engineering, control engineering, Geographic Information Systems (GIS), distributed parameter systems, nonholonomic systems, rescue activity support systems, and rescue robot.

(5) Prof. Pradeep K. Khosla
Department of Electrical and Computer Engineering
Carnegie Mellon University
Hamerschlag Hall
Pittsburgh, PA 15213, USA
Tel: +001-1-412-268-5090, Fax: +001-1-412-268-6421
Email: pkk@ece.cmu.edu
Research area: Sensor-based manipulator control, real-time architectures for control, design for assembly, methodologies for manipulator design, and applications of robotics in assembly and manufacturing.

(6) Prof. Loulin Huang
School of Engineering
Auckland University of Technology
Private Bag 92006
Auckland 1142, New Zealand
Tel: + 64-9-9219999 ext 6708, Fax: -
Email: loulin.huang@aut.ac.nz
Research area: Mechatronics, robotics (mobile robots and robotic manipulators), dynamics and control.

Catatan: Reviewer yang diserahi tugas oleh pengelola jurnal BELUM TENTU diambil dari list reviewer yang kita ajukan. Semua berpulang pada pengelola jurnal.

Cara Mudah Melakukan Pencarian Jurnal Internasional (dan Submit Manuscript)

Ada pertanyaan yang sangat bagus di grup Facebook "JURNAL ILMIAH INDONESIA":


Bagaimana ya cara nya artikel saya bisa masuk jurnal internasional


yang ternyata bermuara pada ketidaktahuan jurnal internasional yang sesuai dengan bidang riset penulis.

Untuk itu saya berikan salah satu cara mencari jurnal yang sesuai:


1) Untuk mencari jurnalnya apa, coba buka link ini : http://www.scimagojr.com/

2) Klik "Journal Rankings"

3) Kemudian search "Subject Area". Misalnya kalau bidang risetnya SENI mungkin yang sesuai adalah "Art and Humanities".

4) Kemudian search di "Subject Categories" untuk pencarian yang lebih detail, misalnya: Philosophy 

5) Nah di situ nanti muncul nama2 jurnal dengan subject area terkait. Screenshotnya:





6) Misalnya ada nama jurnal yang kira-kira cocok dengan artikel yang akan dikirimkan: Business Ethics Quarterly

7) Search di google, websitenya Business Ethics Quarterly itu apa.

8) Saya menemukan website Business Ethics Quarterly itu di sini: https://pdcnet.org/beq
9) Kemudian cari link yang kira-kira berkaitan dengan pengiriman artikel/paper. Kata kuncinya: submission, manuscript. Pada website Business Ethics Quarterly, saya coba klik "Submission Guidelines".

10) Ternyata menurut Submission Guidelines, untuk mengirimkan naskah secara electronic (via internet), kita harus mengklik link: http://editorialexpress.com/beq.  

11) Kemudian di link http://editorialexpress.com/beq tersebut ada langkah-langkah untuk melakukan submission.. Silakan diikuti langkah-langkahnya.